Salah satu sikap yang harus kita miliki adalah rasa takut kepada Allah Swt. Takut kepada Allah adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya.
Adanya rasa takut kepada Allah Swt, membuat kita tidak berani melanggar segala ketentuan-Nya. Yang diperintah kita kerjakan dan yang dilarang kita tinggalkan. Sementara kalau seseorang telah melakukan kesalahan dan ada jenis hukuman dalam keselahan itu, maka orang yang takut kepada Allah tidak perlu ditangkap dan diperiksa, tapi dia akan membeberkan sendiri kesalahannya itu lalu minta dihukum didunia ini sebab dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada di akhirat nanti yang lebih dahsyat. Takut kepada Allah memang membuat seseorang akan memperbanyak amal sholehnya dalam hidup di dunia ini, Allah berfirman yang artinya: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberikan makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (dihari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan (QS. 76:8-10).
Kiat Menumbuhnkan Rasa Takut
Karena rasa takut kepada Allah Swt merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita di dunia ini, maka setiap kita harus menumbuhkannya ke dalam diri kita masing-masing. Untuk itu di dalam Islam, ada petunjuk atau kiat yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkannya.
1. Mengkaji Ayat dan Hadits Tentang Murka Allah.
Adapun murka Allah dalam kehidupan akhirat difirmankan yang artinya: Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia, disisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras. (QS. 42:16).
Disamping Al-Al-Qur’an, hadits-hadits juga menerangkan adanya azab, murka atau siksa Allah kepada orang-orang yang tidak takut kepada-Nya, misalnya hadits nabi yang berbunyi: Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri, maka mereka sudah menghalalkan atas mereka sendiri siksaan Allah (HR. Thabrani dan Hakim).
- Mengetahui akibat orang yang tidak takut kepada Allah.
Untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah Swt, kita juga perlu melakukannya dengan cara mempelajari kehidupan orang-orang yang mengalami akibat dari tidak ada rasa takutnya kepada Allah Swt dalam kehidupan ini sehingga mereka melanggar ketentuan-ketentuan-Nya. Diantara contoh yang bisa kita sebutkan adalah umat Nabi Nuh yang karena mereka tidak taat, akibatnya mereka dibinasakan dengan banjir yang besar, Allah berfirman yang artinya: Disebabkan keslahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah (QS. 71:25).
Begitu juga dengan Qorun yang ditenggelamkan ke dalam bumi berikut harta yang dimilikinya yang menyebabkan manusia, Allah berfirman yang artinya: Maka Kami benamkan Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela dirinya (QS. 77:81).
Lebih tegas dapat kita simpulkan bahwa siapapun yang tidak takut kepada Allah sehingga dengan berani melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, cepat atau lambat akan mengalami akibat sebagaimana terlah terjadi pada generasi terdahulu seperti yang diceritakan oleh Al-Qur’an, ayat yang menegaskan soal ini difirmankan Allah yang artinya: Maka masing-masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantaramereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diatara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (QS. 29:40).
- Memahami siksa Akhirat yang tak terbayangkan
Rasa takut juga bisa tumbuh dalam jiwa manakala kita menyadari betapa siksa dan azab Allah di akhirat tidak dapat kita bayangkan dahsyatnya sebagaimana kita juga tidak bisa membayangkan nikmatnya Syurga, dalam salah satu hadits Qudsi Allah berfirman yang disabdakan oleh Rasulullah Saw yang artinya: Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang sholeh apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam benak manusia (HR. Bukhari Muslim). Ini berarti, azab dan siksa Allah dalam kehidupan akhirat merupakan sesuatu yang sangat dahsyat dan tidak bisa dibayangkan sedikitpun, begitu juga sebenarnya kenikmatan yang diberikan Allah kepada penghuni Syurga.
Salah satu gambaran yang dikemukan Rasullah SAW dalam hadits tentang betapa dasyatnya siksa neraka adalah perbandingan panasnya api dunia dengan api di akhorat, beliau bersabda: Apimu yang kamu semua menyalakannya di dunia ini adalah satu baguan dari tujuhb puluh bagian dari panasnya neraka jahannam.
Disisi lain, masalah siksa neraka yang tak terbayangkan dahsyatnya adalah dari segi waktu yang berabad-abad lamanya, bahkan kekal mereka di dalamnya, Allah berfiman: Sesungguhnya neraka jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan dan (tidak pula) mendapat minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya. Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah. Dan segala sesuatu telah kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain azab. (QS. 78:21-30).
Denagn demikian, takut kepada Allah Swt memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan kita di dunia ini, karena itu setiap kita harus menanamkannya ke dalam jiwa yang harus teraplikasi dalam kedisiplinan hidup yang Islami agar akibat buruknya tidak terjadi pada diri kita masing-masing sebagaimana yang sudah terjadi pada generasi terdahulu seperti yang dikisahkan oleh Allah Swt di dalam Al-Qur’an.
Drs. H. Ahmad Yani